CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 28 Oktober 2013

LAPORAN PENENTUAN ZAT PEWARNA SINTESIS

LAPORAN
ANALISIS KIMIA TERPADU

PENENTUAN ZAT PEWARNA SINTESIS MAKANAN
dengan METODE KROMATOGRAFI KERTAS



NAMA :
1. Lailatul Khodriyah
2. Tika Rosalinda

KELAS :
XII – Teknik Kimia

PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KIMIA
KOMPETENSI KEAHLIAN KIMIA ANALISIS
TAHUN PELAJARAN 2012 -2013

SMK NEGERI 02 BATU
(STATE VOCATIONAL HIGH SCHOOL)
Jl. Raya Pandanrejo no. 39A Telp./Fax. 0341-5025591 Kota Batu
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Melihat kondisi anak-anak sekolahan saat mereka jajan ketika istirahat jam pelajaran, saya berpikir bakalan seperti apa kualitas kesehatan mereka nanti setelah menginjak dewasa bahkan saat tua nanti. Penampilan makanan termasuk dari segi warnanya, memang sangat berpengaruh untuk menggugah selera.Pewarna makanan merupakan benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap makanan yang diwarnainya.Tujuan pemberian warna dimaksudkan agar makanan terlihat lebih berwarna sehingga menarik perhatian konsumen.Bahan pewarna umumnya berwujud cair dan bubuk yang larut air.
Zat pewarna sendiri secara luas digunakan diseluruh dunia. Di Indonesia, sejak dahulu orang banyak menggunakan pewarna makanan tradisional yang berasal dari bahan alami, misalnya kunyit untuk warna kuning, daun suji untuk warna hijau.Ada dua jenis zat pewarna yang sering digunakan dalam pengolahan pangan, yaitu pewarna alami dan sintetis. Semua zat pewarna alami dapat digunakan dalam pengolahan pangan, tetapi tidak begitu dengan pewarna sintetis.Pewarna sintetis yang biasa digunakan dalam pengolahan pangan biasa di sebut dengan Food Colour.

  1. TUJUAN
  • Untuk membedakan jenis eluen yang digunakan pada penentuan zat pewarna sintesis pada makanan.
  • Untuk mengetahui jenis zat pewarna sintesis apa yang digunakan pada sampel.


  1. MANFAAT
  • Mengetahui jenis eluen yang cocok digunakan pada penentuan zat pewarna sintesis pada makanan.
  • Mengetahui zat pewarna yang ada didalam sample sirup.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pewarna makanan merupakan benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap makanan yang diwarnainya.Tujuan pemberian warna dimaksudkan agar makanan terlihat lebih berwarna sehingga menarik perhatian konsumen.Bahan pewarna umumnya berwujud cair dan bubuk yang larut air.
Zat pewarna sendiri secara luas digunakan diseluruh dunia. Di Indonesia, sejak dahulu orang banyak menggunakan pewarna makanan tradisional yang berasal dari bahan alami, misalnya kunyit untuk warna kuning, daun suji untuk warna hijau.

Ada dua jenis zat pewarna yang sering digunakan dalam pengolahan pangan, yaitu pewarna alami dan sintetis.Semua zat pewarna alami dapat digunakan dalam pengolahan pangan, tetapi tidak begitu dengan pewarna sintetis. Pewarna sintetis yang biasa digunakan dalam pengolahan pangan biasa di sebut dengan  Food Colour.

1. Pewarna makanan alami (Food Colour)

Pewarna alami merupakan pewarna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan yanglebih aman untuk dikonsumsi.Contohnya karotenoid adalah kelompok zat pewarna yang meliputi warna kuning, oranye dan merah.Biasanya terdapat pada tomat, wortel, cabai merah dan jeruk.Sedangkan dari hewan terdapat dalam lobster dan kulit udang.

2. Pewarna Sintetis (Non Food Colour) 
Pewarna buatan/sintetis adalah pewarna yang biasanya di buat di pabrik-pabrik dan berasal dari suatu zat kimia.Pewarna ini digolongkan kepada zat berbahaya apabila dicampurkan kedalam makanan.Pewarna sintetis/buatan dapat menyebabkan gangguan kesehatan terutama pada fungsi hati dalam tubuh kita. Contoh-contoh zat pewarna sintetis yang digunakan antara lainindigoten, allura red, fast green, tartrazine.

Bahaya jika digunakan dalam makanan.

Proses pembuatan zat pewarna sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organic sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hasil akhir, atau berbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,00014 % dan timbale tidak boleh lebih dari 0,001 %, sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada.

Berikut adalah beberapa jenis pewarna sintetis/buatan yang populer dan efek sampingnya yang ditimbulkan:
  1. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)
Pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan dan obat-obatan. Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas anak , pada sekitar 1-10 dari 10.000 orang, Tartrazine menimbulkan efek samping langsung seperti urtikaria (ruam kulit). Rhinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam).Intoleransi ini lebih umum pada penderita asma atau orang yang sensitive terhadap aspirin.
  1. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow/Yellow 6)
Pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan.Untuk sekelompok kecil individu, konsumsi pewarna adiktif ini dapat menimbulkan urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual dan muntah.
  1. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)
Pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan.Selain berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak, pewarna ini dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa Negara.
  1. Allura Red (E129)
Pewarna sintetis merah jingga yang banyak digunakan pada permen dan minuman.Pewarna ini sudah banyak dilarang di banyak Negara.

  1. Quinoline Yellow (E104)
Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan minuman energy.Zat ini sudah dilarang di banyak Negara karena dianggap maningkatkan resiko hiperaktivitas dan serangan asma.
Oleh karena itu sebaiknya konsumen sebelum membeli makanan dan minuman, harus meneliti kondisi fisik, kandungan bahgan pembuatannya, kehalalan melaui label yang ada pada kemasan sehingga keamanan makanan senantiasa terjaga
Daftar Rf standar :
Zat pewarna sintesis Harga Rf
Tatrazine 0.48

KROMATOGRAFI KERTAS

Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah.Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam.Air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf adalah kehadiran ion lain,
misalnya adanya klorida dalam pemisahan yang dilakukan dengan larutan- larutan nitrat; keasaman larutan aslinya, ini dapat disebabkan oleh kebutuhaan akan asam dalam pembentukan komplek yang dapat larut dalam pelarut organic, untuk mencegah hidrolisis garam; waktu melakukan percobaan untuk sepotong kertas, kadang-kadang harga Rf meningkat dengan pertambahan waktu dan ini mungkin berpadanan dengan berkurangnya laju gerak garis depan pelarut; Adanya kation-kation lain dan kosentrasi mereka. Rf adalah jarak yang ditempuh, komponen setiap jarak yang ditempuh Pelarut.

Kesimpulan
a.Kromatografi adalah teknik pemisahan suatu zat yang didasarkan pada perbedaan migrasi-migrasi komponen-komponen yang dipisahkan diantara dua fase yaitu, fase diam dan fase gerak.
b.Fase diam adalah fase pada teknik kromatografi yang berfungsi sebagai penyerap. Fase ini cenderung menahan komponen campuran. Fase gerak adalah fase yang membawa migrasi
komponen yang akan dipisahkan, fase ini cenderung menghanyutkan campuran.
c. Kromatografi didasarkan pada prinsip perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen yang dipisahkan diantara dua fase diam dan fase gerak, seperti prinsip “like dissolved like” yaitu komponen polar hanya dapat dilarutkan dengan baik oleh pelarut polar dan komponen nonpolar hanya dapat dilarutkan dengan baik oleh pelarut nonpolar.
d.  Rumus Rf
Nilai Rf berbanding terbalik dengan polaritas komponen. Semakin nonpolar suatu komponen, maka semakin besar nilai Rfnya begitupun sebaliknya

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

    1. Tempat dan Waktu kegiatan
Praktik ini berlangsung di Laboratorium SMKN 02 Batu , dan berlangsung pada tanggal 10 September 2013

    1. Bahan dan Alat Kegiatan
Alat :
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu : Beaker gelas 100 ml , Pembakar spiritus. Kaki 3 , Kasa, Pengaduk, Neraca analitik., Gelas ukur 50 ml, Pipet ukur 10 ml, Pipet tetes, Gelas ukur 1000 ml., Kertas gambar 3x20 cm, Benang wool, Labu ukur 50 ml, Statif dan klem

Bahan :
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu : Asam asetat 10 %, Amoniak 10 %, Etanol ( Etil Alkohol), Kloroform, Aseton, Aquades, Sample sirup

    1. Prosedur Kerja
      1. Penyiapan kertas kromatografi
Memotong kertas gembar merukuran 3x20 cm sebanyak 3 kali.

      1. Pembuatan Eluen
  • Eluen 1 : Memasukkan 50 ml etanol dan 50 ml aquades dalam beaker gelas 1000 ml. Kemudian ditutup alumunium foil. Didiamkan.
  • Eluen 2 : Memasukkan 15 ml kloroform, 5 ml etanol, dan 3 ml aquades dalam beaker gelas 1000 ml. Kemudian ditutup alumunium foil. Didiamkan.
  • Eluen 3 : Memasukkan 50 ml aseton dan 50 ml aquades dalam beaker gelas 1000 ml. Kemudian ditutup alumunium foil. Didiamkan.
      1. Pembuatan Asam Asetat 10 %
Memipet Asam Asetat pekat sebanyak 10 ml. dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. ditanda bataskan dan dihomogenkan.

      1. Pembuatan Amoniak 10 %
Memipet Amoniak pekat sebanyak 10 ml. dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. ditanda bataskan dan dihomogenkan.

      1. Penentuan Zat pewarna sintesis pada sampel
Memasukan sampel sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam beaker gelas 100 ml.Diasamkan dengan menambahkan 5 ml Asam asetat 10 %.Kemudian memasukan dan merendam benang wool ke dalam sampel tersebut.Memanaskan dan mendiamkan sampai mendidih (10 menit).Mengambil benang wool, dicuci dengan air dan dibilas dengan aquades.Menambahkan 25 ml amoniak 10 % ke dalam benang wool yang telah dibilas tersebut.Memanaskan benang wool sampai tertarik pada benang wool (luntur).Benang wool dibuang, larutan diuapkan sampai kering.Residu ditambah beberapa tetes metanol,untuk ditotolkan pada kertas kromatografi yang siap pakai.Dieluasi dalam bejana dengan eluen sampai mencapai tanda batas.Kertas kromatografi diangkatdan dibiarkan mengering.Warna yang terjadi diamati,membandingkan Rf antara Rf sampel dan Rf standar.
3.4 Perhitungan Data
Faktor Retensi ( Rf ) = Jarak yang ditempuh oleh senyawaJarak yang ditempuh oleh pelarut
BAB IV
PENUTUP

Demikian proposal ini disusun sebagai persyaratan dalam pelaksanaan praktikum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Hasil Analisis

NO
JENIS ELUEN
Rf
1 Etanol : Aquades ( 1 : 1 ) 0.34
2 Kloroform : Etanol: Aquades (15 : 5 : 3 ) -0.38
3 Aseton : Aquades ( 1 : 1 ) 0.31

Pembahasan

  1. Analisa Prosedur
  • Penyiapan kertas kromatografi

Kertas kromatografi yang digunakan ialah kertas gambar.Menggunakan kertas gambar dikarenakan pori-pori dari kertas gambar yang padat dan teksturnya yang tidak mudah robek sehingga dapat menyerap warna dengan sempurna.

  • Pembuatan eluen

Eluen 1 : Memasukkan 50 ml etanol dan 50 ml aquades dalam beaker gelas 1000 ml. Eluen 2 : Memasukkan 15 ml kloroform, 5 ml etanol, dan 3 ml aquades dalam beaker gelas 1000 ml. Eluen 3 : Memasukkan 50 ml aseton dan 50 ml aquades dalam beaker gelas 1000 ml.
Kemudian ditutup alumunium foil. Keadaan eluen harus tertutup, karena apabila eluen dibiarkan terbuka, fase gerak akan mengalami penguapan dan itu akan menyebabkan sampel yang ditotolkan sulit untuk mengalami pemisahan atau bisa jadi tidak dapat memisah. Didiamkan selama 30 menit.Pendiaman bertujuan agar tekanan dalam larutan stabil dan tidak terjadi penguapan lebih cepat pada eluen yang bersifat volatil.

  • Pembuatan asam asetat 10%

Diperlukan asam asetat 10% dalam penentuan zat pewarna, tersedia asam asetat pekat kemudian dipipet sebanyak 10 ml. Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml. Ditambahkan aquades sampai tanda batas dan dihomogenkan.

  • Pembuatan amoniak 10%

Diperlukan amoniak 10% dalam penentuan zat pewarna, tersedia amoniak pekat kemudian dipipet sebanyak 10 ml. Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml. Ditambahkan aquades sampai tanda batas dan dihomogenkan.

  • Penentuan zat pewarna sintesis pada sampel

Memasukan sampel sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam beaker gelas 100 ml. Diasamkan dengan menambahkan 5 ml Asam asetat 10 %. Fungsi penambahan asam asetat yaitu Asam asetat akan menarik zat pewarna dan kemudian akan diserap oleh benang wol yang telah dicampurkan. Benang wol yang memiliki serat akan menangkap zat pewarna yang telah terpisah dari makanan tersebut dengan bantuan dari asam asetat.Memanaskan dan mendiamkan sampai mendidih (10 menit).Mengambil benang wool, dicuci dengan air dan dibilas dengan aquades.Menambahkan 25 ml amoniak 10 % ke dalam benang wool yang telah dibilas tersebut.Fungsi dari penambahan Amoniak yaitu mempercepat pembagian solut dalam hal ini sampel kedalam dua pelarut yg tidak saling bercampur sehingga didapat fase organiknya.Memanaskan benang wool sampai tertarik pada benang wool (luntur).Benang wool dibuang, larutan diuapkan sampai kering. Diuapkan sampai kring bertujuan untuk mendapatkan hasil warna yang lebih pekat yang nantinya akan ditotolkan pada kertas kromatografi. Residu ditambah beberapa tetes etanol,etanol berfungsi untuk melarutkan sampel untuk ditotolkan pada kertas kromatografi yang siap pakai. Dieluasi dalam bejana dengan eluen sampai mencapai tanda batas.Kertas kromatografi diangkatdan dibiarkan mengering. Warna yang terjadi diamati,membandingkan Rf antara Rf sampel dan Rf standar.

Rf sampel dihitung dengan rumus :
Faktor Retensi ( Rf ) = Jarak yang ditempuh oleh senyawaJarak yang ditempuh oleh pelarut


  1. Analisa Hasil

Dari praktikum yang telah dilakukan harga Rf sampel dengan menggunakan 3 eluen yang berbeda tidak ada yang sama dengan harga Rf standar. Padahal didalam kemasan produk sudah tertera mengandung zat pemanis buatan Tartrazine. Hal ini mungkin disebabkan oleh :
  • Pada eluen 1 , waktu pendiaman lebih dari 30 menit. Sehingga eluen menjadi menguap dan tekanan dalam larutan menjadi tidak stabil.
  • Pada eluen 2, selain karena waktu pendiaman yang lama juga dikarenakan pencampuran eluen yang salah, yaitu kloroform yang bersifat nonpolar dicampurkan dengan aquades yang bersifat polar. Selain itu sifat kloroform sama dengan sifat sampel sehingga sampel tertarik dan terlarut dalam kloroform.
  • Pada eluen 3, selain karena waktu pendiaman yang lama juga dikarenakan aseton yang digunakan bukan aseton p.a , aseton yang digunakan mungkin sudah tercampur bahan kimia yang lain sehingga sampel tidak tertarik scara sempurna.
  • Pengeringan sampel tidak menggunakan waterbath sehingga sampel yang didapatkan warnanya tidak terlalu pekat dan belum benar-benar kering.
  • Pembilasan benang wool yang tidak merata sehingga ada senyawa-senyawa lain atau zat warna yang tidak terserap oleh benang wol ikut teruji.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Harga Rf sampel tidak sama dengan harga Rf standar pemanis buatan Tartrazine.

2. Saran
  1. Lebih berhati-hati dalam memilih jajanan atau minuman yang beredar dipasaran yang memiliki warna yang mencolok.
LAMPIRAN

  1. Perhitungan pembuatan asam asetat 10%
10100×50=500100=5 ml →50 ml

  1. Perhitungan pembuatan amoniak 10%
10100×50=500100=5 ml →50 ml

  1. Perhitungan Rf pada eluen 1
Faktor Retensi ( Rf ) = Jarak yang ditempuh oleh senyawaJarak yang ditempuh oleh pelarut
Rf= 2.57.5=0.34

  1. Perhitungan Rf pada eluen 2
Faktor Retensi ( Rf ) = Jarak yang ditempuh oleh senyawaJarak yang ditempuh oleh pelarut
Rf= -2.56.5=-0.38

  1. Perhitungan Rf pada eluen 3
Faktor Retensi ( Rf ) = Jarak yang ditempuh oleh senyawaJarak yang ditempuh oleh pelarut

Rf= 26.5=0.31

1 komentar:

  1. sangat bermanfaat, tp daftar pustaka nya gk di cantumkan,,, :)

    BalasHapus